Kamis, 23 Juni 2016

“TETESAN AIRMATA MALAM INI”



BUKA BERSAMA ANAK-ANAK TPQ
Di MASJID JAMI’ MIFTAHUL HUDA DUSUN PUTUK DAWUNG
Oleh
KARANG TARUNA “ARPUDA BERSINAR”
Dsn. PUTUK DAWUNG Ds. SEMEN Kec. GANDUSARI Kab. BLITAR


Rasa syukur yang begitu mendalam khususnya yang saya rasakan malam ini, merupakan suatu nikmat Tuhan yang tiada tandingannya. Setelah sekian lama sibuk dengan urusan pendidikan kini akhirnya bisa berkumpul dengan keluarga besar Karang Taruna Arpuda Bersinar, nama ini diambil sudah dari keturunan para senior kami tentunya, dengan imbuhan kata bersinan maka kami sebagai generasi muda akan selalu membuat sinar-sinar baru yang akan memancar ke penjuru dunia yakni dengan kemampuan, kreativitas dan kecerdasan yang kita punya. Meskipun kami Cuma remaja yang tinggal di pelosok desa akan tetapi semangat kami yang tidak mau kalah dengan mereka-mereka. Penanaman jiwa sosial yang begitu sangat kami junjung tinggi, mengingat masyarakat kami yang mayoritas kurang dalam ekonomi maupun pendidikannya akan tetapi itu merupakan cambuk bagi kami para remaja yang mempunyai segunung mimpi untuk kesejahteraan rakyat kami “tawa mereka adalah cambuk bagi kami”. Dengan didasari rasa tulus, ikhlas dan kesetiakawanan yang tinggi maka kami mampu dan harus bisa menngoreskan sinar itu.
Kami sangat yakin bahwa kami hidup dalam lingkungan yang kurang dalam sisi agama, masih sangat banyak sekali masyarakat yang buta akan ilmu agama, terutama tidak bisa baca tulis al-Quran,  hal ini dipicu oleh SDM dan juga sarana dan prasarana yang kurang mendukung. Oleh karena itu, kami selaku pengurus Karang Taruna selalu mengupayakan dengan baik dengan apa yang kami miliki saat ini yang masih bersifat terbatas.
Tepat di Ramadhan yang ke-16 pada hari Selasa, 21 Juni 2016. Di bulan Ramadhan yang suci dan penuh syukur ini kami segenap keluarga besar Karang taruna Arpuda Bersinar mengadakan sebuah acara bakti sosial yang diimplementasikan dengan Buka Bersama seluruh anak-anak TPQ se Dusun Putuk Dawung yang bertempat di pusat Ibadah di tempat kami yakni Masjid Jami’ Miftahul Huda Dsn. Putuk Dawung, Ds. Semen Kec. Gandusari Kab. Blitar. Acara ini dihadiri oleh 140 undangan yakni seluruh anak-anak TPQ  se Dusun Putuk Dawung, dan juga para undangan untuk mengisi ceramah, dan para Tokoh Agama sekitar. Acara dimulai pukul  16.00 Wib yakni pembukaan yang disampaikan oleh Ketua Karang Taruna Arpuda Bersinar Sekaligus Ketua Pelaksana Bakti Sosial yakni Mas Yanu Bintoro dan langsung dilanjutkan dengan ceramah yang disampaikan oleh Ust. Mesidi dari Desa TegalRejo, Semen. Yang menyampaikan tentang Bagaimana cara kita bersyukur dalam menjalan kan Ibadah Puasa dan memiliki rasa saling tolong-menolong antar sesama, yang diikut secara khidmat oleh anak-anak dan rasa antusias yang tinggi. Dari sini sudah bisa kami lihat bahwa mereka memiliki jiwa Ulul Albab yang tinggi yakni jiwa yang sangat haus dengan Ilmu meskipun mereka masih berusia sangat dini yakni masih duduk di PAUD, TK, SD. Karena sudah memasuki Adzan Magrib maka acara selanjutnya yakni membatalkan puasa dengan Ta’jil lalu dilanjutkan dengan sholat Magrib berjamaah, kembali lagi mereka begitu semangat dengan adanya acara seperti ini semua antusias sholat magrib berjamaah meskipun dari mereka yang masih sangat kecil belum mengerti apa itu arti sholat karena itu tadi kami hidup dalam lingkungan yang sangat kurang dengan ilmu agama. Setelah selesai sholat dilanjutkan dengan buka bersama dan acara berakhir sekitar pukul 19.30 wib karena sudah malam dan rumah jauh maka sholat tarawih dilaksanakan di mushola dekat rumah masing-masing. Mereka pulang dengan hati yang ceria dengan larian kecil disambut orang tua dan bercerita kepada orang tua masing-masing. Ya Allah... inilah yang menjadikan tetesan airmata malam ini. Terimakasih Tuhan.
Tidak lupa kami ucapakan baribu termikasih kepada para Donatur yang telah membantu kami, dan juga segenap panitia dari pengurus Karang Taruna Arpuda Bersinar yang telah membantu dan mempersiapkan acara ini sehingga dapat terlaksana dengan sangat baik. Semoga ini menjadikan manfaat bagi kita semua. Amiin.

Minggu, 05 Juni 2016

Hari pertama puasa versiKu



Hari pertama puasa versiKu


Minggu sore selepas pelatihan praktik Rukyatul Hilal di kampus yang hasilnya gagal tidak bisa melihat hilal tiba-tiba dering telpon genggaku berbunyi dapat sms kalo team Rukyatul hilal di lain tepat sudah bisa melihat hilal dengan jelas, hal ini menandakan bahwa nanti malam aku sudah harus mulai tarawih dan besok sudah hari pertama puasa, ini merupakan hal sangat berat bagiku.
Dari kebanyak orang berdasarkan status di media sosial yang saya baca bahwa mereka sangat menikamati dan bahagia akan datangnya puasa dan merayakan hari pertama puasa mereka dengan tarawih bareng dia, saur bareng doi, bahkan sudah merencanakan ngabuburit ditepian sungai bareng doi lagi, ada juga yang berharap puasa kali mau bareng-bareng terus sama dia. Dan apalah sebagainya. Bukankah bulan puasa yang suci ini  digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah bukan sama doi. Keberkahan puasa hanya datang dari Allah kalau berdua-duaan sama doi dari mana datangnya keberkahan itu??? Kadang aku juga bingung. Sering juga aku menemukan tulisan “sudah mulai puasa tidak segera cari pasangan, siapa yang mau bangunin kamu??? Mercon?”  


Kembali ke hari pertama puasa versiku, bulan puasa menurutku merupakan bulan yang sangat berat banget di jalaninya dimana aku harus menahan lapar dan haus dan segala nafsu, padahal manusi tidak bisa terlepas dari nafsu. Selain itu juga harus banyak beribadah, baca quran dan lain sebagainya yang menurutku amat berat. Akan tetapi jika hal itu dilakukan dengan rasa senang dan bersyukur maka akan sangat mudah dan hampir tidak tersa yang berat digaian mana, karena sudah menjadi nafas. Malam ini, aku sengaja tidur sendiri di kamar asrama karna berencana konsentrasi untuk mendekatkan diri kepada Allah akan tetapi aku tidak melakukan tradisi tarawih entah apa alasanku aku sendiri juga bingung. aku tinggal dalam kamar asrama tanpa satu makhluk apapun, imi juga menjadi salah satu alasan untuk menilai siapa sebenrnya diriku dan bagaimana jika aku diletakkan dalam sebuah masalah yang rumit dan tidak ada seorangpun yang membantu dalam keadaan kasu yang seperti itu. Aku terbangun pada pukul 01.00 dini hari dan berencana akan makan sahur, ku cari makanan disekitarku ternyata masih menemukan makanan dengan beberapa potong “amplang bumbu kuku macam” dan seperempat botol air putih, aku juga melihat ada sisa roti dari konsumsi Pelatihan dan Praktik Rukyatul hilal kemarin sore, segera saja ku ambil dan aku siapkan makanan-makanan itu dengan mata yang masih mengantuk, dengan tidak sadar diri ternyata aku tertidur lagi, aku sudah makan “amplang bumbu kuku macam”, seperempat air putih dan sepotong roti sisa kemarin, ku makan dengan lahapnya dan akupun merasa sedikit lebih kenyang dan siap untuk menjalankan puasa hari ini, ditengah-tengah makan dengan lahapnya  tiba-tiba aku mendengar adzan subuh dari andoidku dan aku merasa kebingungan baru aja makan kok sudah adzan subuh?? Ternyata aku sadar dari tidurku dengan perut lapar, semua makanan yang telah kusiapkan tetap diam diatas tenpat tidurku dan tidak kurang satupun. Ternyata aku belum makan apa-apa.

Beberapa kali pesan di ponsel ku menayakan apakan aku sudah makan sahur, makan pakai apa, dan aku makan sama siapa. Aku megabarkan kepada mereka bahwa aku sudah makan sahur dan aku baik-baika aja akau merasa senang diasrama. Itu adalah kalimat yang sering aku kirimkan kepada mereka yang jauh disana dan menginginkakn kebaikan dari diriku. Aku tidak mau mereka mendengar keluh kesahku di perantauan.

RUKYATUL HILAL IAIN TULUNGAGUNG



PELATIHAN DAN PRAKTEK RUKYATUL HILAL
IAIN TULUNGAGUNG, MINGGU 5 JUNI 2016
Bersama Ust. UZAL SYAHRUNA (LAJNAH FALAKIYAH KAB.BLITAR)

Senin, 5 Juni 2016 tepatnya hari minggu pagi yang bertepatan dengan akan datangnya Bulan Ramandhan Himpunan Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga menyelenggarakan kegiatan yang begitu menarik yaitu Pelatihan dan Praktik Rukyatul Hilal yang diselenggarakan di Gedung LH. Syaifudin Zuhri Lantai 6 dengan pemateri Ustad Uzal Syahruna selaku Lajnah Falakiyah Kab.Blitar, yang diikuti oleh mahasiswa IAIN Tulungagung dari berbagai jurusan dan juga para tamu undangan. Ini juga sebagai lahan praktik dari pembelajaran Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga yang diampu oleh Bapak Musonif.
Rukyatul hilal merupakan aktifitas mengamati visibilitas hilal, yakni penampakan bulan sabit yang namapak pertama kali setelah terjadinya ijtimak(konjungsi). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu berupa optik seperti teleskop. Rukyat dilakukan setelah matahari terbenam sedangkan hilal hanya nampak setelah matahari terbenam (magrib), karena intensitas cahaya hilal sangat redup dibanding cahaya matahari, serta ukurannya yang sangat tipis. Menurut pembahasana yang disampaikan Ustad Uzal Syahruna dalam menentukan awal Bulan Hijriyah (Ramadhan, Syawal, dan Dzul Hijah) banyak sekali perbedaan dalam penentuan. Seperti halnya kasus penentuan awal syawal yang terjadi di indonesia pada tahun 1992, 1993, 1994,1998, 2002, dan 2006 M.  Hal-hal yang memepngaruhi perebedaan antara lain perbedaan sistem hisab yang menjadi acuan, disamping berbeda dasar yang dipakai untuk menetapkannya, yakni antara hisab dan rukyah. Pada rukyat kali ini menggunakan sistem EPHYMESIS HISAB DAN RUKYAH. Dalam EPHYMESIS HISAB DAN RUKYAH memiliki banyak istilah,
 

 Ijtima’  yang disebut juga dengan bulan baru (new moon) adalah peristiwa segaris atau sebidangnya pusat Bulan dan Pusat  Matahari dan Pusat Bumi. Dalam astronomi pada saat demikian Bulan dan Matahari memiliki bujur ekliptika atau bujur astronomi yang sama. Pada posisi yang demikian ditandai fraksi Iluminasi cahaya hilal terhadap cahaya bulan minimu. Pada saat posisi istimmewa yakni bumi, bulan , dan matahari dalam satu garis ditandai dengan grhana matahari. Akan tetapi tidak setiap ijtima’ ditandai dengan gerhana matahari, karena bidang orbit bulan miring sekitar 5,2 derajat busur terhadap bidang ekliptika, selain itu garis berpotongan kedua bidang orbit tersebut bergerak.
Ekliptika merupakan lingkaran zodiak yaitu tempat beredarnya bumi mengelilingi matahari dalam waktu setahnyang dinamakan refolusi Bumi. Arah refolusi bumi ini berlawanan dengan arah jarum jam. Ekliptika memotong lingkaran ekuator membentuk sudut 66.5 derajat.
Irtifa’ul Hilal Mar’i merupakan ketinggian hilal yang dapta dilihat yaitu ketingian hakiki yang telah dikoreksi dengan refracsi, semi diameter, horizontal Paralah dan kerendahan ufuk. Semi diameter bulan rata-rata 0° 16° dalam hal ini terjadi perselisihan diantara para ahli hisab. Menurut ahli hisab yang berpendapat semi diameter bulan ditambahkan beralasan bahwa piringan hilal yang terakhir tenggelam adalah bagian atas, karena terjadi beda azimut, sehingga semi diameter bulan ditambahkan. sedangkan para ahli yang berpendapat semidiameter bulan untuk dikurangi beralasan bahwa masuknya awal bulan hijriyah itu hilal sudak nampak di atas ufuk setelah matahari terbenam pasca ijtima’, penampakan hilal itu pasti piringan yang bagian bawah. Karena bagian itulah yang disinari matahari dan tampak dari bumi, maka semi diameter bulan untuk mengurangi.

Dalam hal praktik Rukyatul Hilal hal-hal yanng harus dilakukan diantaranya adalah persiapan. Yang paling utama adalah menentukan lokasi dengan menentukan letak geografis yang mana ufuk barat menjangkau 28.5 derajat keutara dan 28.5 derajat ke titik Barat dengan menggunakan alat bantu berupa teropong Theodolite, Kaker, Kompas, GPS. Kedua adalah penyediaan hasil hitungan posisi matahari dan bulan antara lain saat terbenamnya matahari, azimut matahari saat terbenam, tinggi bulan saat terbenam matahari, azimut bulan saat matahari terbenam, dan azimut bulan saat terbenam.
Pelaksanaan Rukyatul Hilal
1.           Membuat arah sejati
2.           Menentukan sebuah titik di sebelah timur ( T )
3.           Pada titik barat di buat garis siku / tegak lurus kearah utara dan selatan
4.           Meletakkan gawang lokasi tepat di titik G
5.           Meletakkan tongkat pengamat pada titik T
6.           Pengukuran di sesuaikan dengan rumus – rumus pada gambar di bawah ini:


 
Ø  h☪’         =              0 º 36 26.17
Ø  A☪’        =              - 11 º 14 ’ 5.54 ”
Ø  BT           =              500 cm
Ø  BG          =              BT x tan A☪’        =              500 x tan - 11 º 14 ’ 5.54 ”  =              - 99.31895281 cm                               =              99.3 cm
Ø  AH          =              ( BT / cos A☪’ ) x tan h☪’ =  ( 500 / cos  - 11 º 14 ’ 5.54 ”) x tan 0 º 36 26.17                                      =                5.403166268 cm =              5.4 cm

Sesuai dengan hitungan yang telah dilakukan maka diperkirakan hilal akan dapat dilihat pada pukul 17.21 Wib, maka dari itu semua alat dipersiapkan. Akan tetapi tiba-tiba cuaca tidak mendukung yakni Tulungagung Hujan Lebat dan mengakibatkan hilal tidak dapat terlihat dari lantai atas gedung KH. Saifudin Zuhri IAIN Tulungaung.